Thursday, February 8, 2018

Tentang Hujan

Hujan selalu saja bisa memikat hati. Melihat ia turun bergemericik di bumi selalu menyisakan makna yang tak terperi. Saya dan hujan. Hujan selalu saja bisa menenangkan hati. Agaknya ketika hujan datang, ketika itu pula bidadari-bidadari berlarian turun ke bumi. Langit hujan yang kelam membuat bidadari bebas berkeliaran. Hujan terlalu mampu membuat saya bersyukur akan indahnya alam. Bersyukur akan besarnya kekuasaan Tuhan.

Turunnya kristal-kristal air bening di jalanan, membuat semua orang beranjak menyelamatkan diri. Hujan telah mampu membasuh debu di jalanan, memberikan sebias kehidupan pada kemarau, menyapu kesedihan alam semesta.

“…Dan Allah menurunkan air (hujan) dari langit kepadamu untuk menyucikan kamu dengan (hujan) itu dan menghilangkan gangguan-gangguan setan dari dirimu dan untuk menguatkan hatimu serta memperteguh telapak kakimu” (Al-Anfaal 8: 11)

Maha Besar Allah, Tuhan Semesta Alam……

Semesta selalu saja menanti hujan. Menanti untuk sedikit menguntai makna kehidupan. Membangunkan lamunan. Berlari berkejaran di tengah dinginnya alam. Ah, hujan selalu saja mampu menarik rasa untuk mengungkap makna. Saya terlalu terpesona olehnya.

Tidak ada yang lebih menarik daripada mengamati hujan. Melihat dan merasakan kehadirannya. Dan gara-garanya, saya jadi terlalu sering jatuh hati. Pada senyuman Ibu. Pada rasa rindu yang besar terhadap Ayah. Pada ketulusan kasih sayang abang. Pada kelucuan adik kembar. Pada anak-anak kecil yang tulus mendoakan. Pada bianglala yang istiqamah membuat semua orang senang. Pada langit yang menyimpan banyak makna kehidupan. Pada bulan yang remang-remang menjaga saya ketika malam. Pada malam yang begitu sepi. Pada daun-daun yang gugur di telan zaman. Pada orang-orang yang bangun di kala fajri untuk menghadap Illahi. Pada receh yang membantu kehidupan. Pada sahabat yang setia mendengarkan. Dan pada detail-detail kekuasaan Tuhan.

Hujan mungkin tidak mampu mengalahkan keindahan aurora. Namun, hujan telah mampu mengalahkan kesenduan hati saya. Ketika berlarian di tengah hujan. Ketika itu saya terlena akan pesonanya. Pesona yang membasahkan badan. Membersihkan pikiran. Dan saat itulah, saya bisa tersenyum lebar (:

“Dialah yang meniupkan angin (sebagai) pembawa kabar gembira sebelum kedatangan rahmat-nya (hujan); dan Kami turunkan dari langit air yang amat bersih, agar Kami menghidupkan dengan air itu negeri (tanah) yang mati, dan agar Kami memberi minum dengan air itu sebagian besar dari makhluk Kami, binatang-binatang ternak dan manusia yang banyak. Dan sesungguhnya Kami telah mempergilirkan hujan itu di antara manusia supaya mereka mengambil pelajaran (daripadanya); maka kebanyakan manusia itu tidak mau kecuali mengingkari (nikmat)” (QS. Al-Furqaan: 48-50).

Modifikasi pathname pada terminal linux menjadi lebih pendek

Bagi pengguna linux turunan ubuntu seperti ubuntu 16.04 yang saya gunakan, ada beberapa hal yang cukup membuat kita ribet dengan pathname pa...