Hujan selalu saja bisa memikat hati. Melihat ia turun bergemericik di bumi
selalu menyisakan makna yang tak terperi. Saya dan hujan. Hujan selalu saja
bisa menenangkan hati. Agaknya ketika hujan datang, ketika itu pula bidadari-bidadari
berlarian turun ke bumi. Langit hujan yang kelam membuat bidadari bebas
berkeliaran. Hujan terlalu mampu membuat saya bersyukur akan indahnya alam.
Bersyukur akan besarnya kekuasaan Tuhan.
Turunnya kristal-kristal air bening di jalanan, membuat semua orang beranjak
menyelamatkan diri. Hujan telah mampu membasuh debu di jalanan, memberikan
sebias kehidupan pada kemarau, menyapu kesedihan alam semesta.
“…Dan Allah menurunkan air (hujan) dari langit kepadamu untuk menyucikan
kamu dengan (hujan) itu dan menghilangkan gangguan-gangguan setan dari dirimu
dan untuk menguatkan hatimu serta memperteguh telapak kakimu” (Al-Anfaal
8: 11)
Maha Besar Allah, Tuhan Semesta Alam……
Semesta selalu saja menanti hujan. Menanti untuk sedikit menguntai makna
kehidupan. Membangunkan lamunan. Berlari berkejaran di tengah dinginnya alam.
Ah, hujan selalu saja mampu menarik rasa untuk mengungkap makna. Saya terlalu
terpesona olehnya.
Tidak ada yang lebih menarik daripada mengamati hujan. Melihat dan merasakan
kehadirannya. Dan gara-garanya, saya jadi terlalu sering jatuh hati. Pada
senyuman Ibu. Pada rasa rindu yang besar terhadap Ayah. Pada ketulusan kasih
sayang abang. Pada kelucuan adik kembar. Pada anak-anak kecil yang tulus
mendoakan. Pada bianglala yang istiqamah membuat semua orang senang. Pada
langit yang menyimpan banyak makna kehidupan. Pada bulan yang remang-remang
menjaga saya ketika malam. Pada malam yang begitu sepi. Pada daun-daun yang
gugur di telan zaman. Pada orang-orang yang bangun di kala fajri untuk
menghadap Illahi. Pada receh yang membantu kehidupan. Pada sahabat yang setia
mendengarkan. Dan pada detail-detail kekuasaan Tuhan.
Hujan mungkin tidak mampu mengalahkan keindahan aurora. Namun, hujan telah
mampu mengalahkan kesenduan hati saya. Ketika berlarian di tengah hujan. Ketika
itu saya terlena akan pesonanya. Pesona yang membasahkan badan. Membersihkan
pikiran. Dan saat itulah, saya bisa tersenyum lebar (:
“Dialah yang meniupkan angin (sebagai) pembawa kabar gembira sebelum
kedatangan rahmat-nya (hujan); dan Kami turunkan dari langit air yang amat
bersih, agar Kami menghidupkan dengan air itu negeri (tanah) yang mati, dan
agar Kami memberi minum dengan air itu sebagian besar dari makhluk Kami,
binatang-binatang ternak dan manusia yang banyak. Dan sesungguhnya Kami telah
mempergilirkan hujan itu di antara manusia supaya mereka mengambil pelajaran
(daripadanya); maka kebanyakan manusia itu tidak mau kecuali mengingkari
(nikmat)” (QS. Al-Furqaan: 48-50).